Soekarno adalah penggemar teori-teori Tan Malaka, begitu dengan semua pejuang pergerakan di awal kemerdekaan Indonesia. Ia mendasari orasi-orasinya dengan logika yang sama. Keduanya bisa dinobatkan sebagai negarawan yang berjuang dengan modelnya sendiri. Keduanya melawan dengan caranya masing-masing. Keduanya pernah diasingkan, bahkan bagi Tan Malaka, penjara bisa saja disebut sebagai rumah kedua.
Namun, politik tetaplah politik. Banyak tragedi yang menggeliat dan harus terjadi. Keduanya dikenanag dengan cara yang berbeda. Kini, waktunya mengenang kembali perjuangan dua tokoh bangsa ini dalam sebuah buku yang sama.
Adji Nugroho
Tak banyak yang tahu sosok politikus muda ini, wajahnya yang murah senyum dan mudah bergaul ini akrab dipanggil Nugroho. Adji aktif di partai dan lembaga swadaya masyarakat. Teman-temannya menyebut Adji sebagai predator buku, karena saking banyaknya buku yang dibacanya. Adji merupakan putra Yogyakarta yang karirnya banyak dihabiskan di tengah-tengah masyarakat dan organisasi pemberdayan masyarakat. Ayah dari Adji merupakan tokoh masyarakat yang cukup dikenal di Jogja bagian selatan. Gaya bicara Adji yang halus dan tenang memungkinkannya masuk dalam pergaulan yang lebih luas.
Penikmat kopi dan diskusi ini sering nongkrong di warung seniman Butet Kartaredjasa. Di sana Adji kerap menikmati gudek dan menyeruput kopi sambil menyelami buku-buku sosial politik. Bapak dari Nadira ini memang hobi menulis sejak aktif di BEM UMY.
Kecintaan pada dunia tulis menulis telah melahirkan banyak artikel, di antaranya masuk harian Kompas dan Jawa Pos. Beberapa karyanya telah diterbitkan namun dalam jumlah terbatas. Ketua grup diskusi “Ayo Bangun Desa” ini merupakan pecinta Soekarno dan mengidolakannya sampai sekarang.
Novi Fuji
Novi Fuji adalah salah satu orang yang memiliki ketertarikan pada bidang Sejarah terlebih soal kepribadian Tan Malaka dan pemikiran Tan Malaka yang revolusioner. penulis sangat menggemari membaca dan diskusi dapat dihubungi melalui email [email protected]