Dia mengulurkan tangan padaku dan aku tidak punya pilihan selain menjabat tangannya dan menyebutkan namaku.
Itulah awal perkenalan kami.
Sebelumnya pun, aku sudah memperhatikannya. Dia pria paling tampan di dalam gym tersebut. Bagian yang paling menarik dari pria itu adalah wajahnya. Bibirnya penuh, matanya sewarna langit di musim panas, hidungnya tampan elegan. Telinganya ditindik, berlian kecil tampak menghiasi ujungnya. Aku tidak berani menatapnya berlama-lama, tapi hanya mencuri-curi pandang.
Tapi sekilas pandang pun, aku tahu dia tipe bad boy, yang biasanya menjadi tantangan bagi para wanita untuk mencoba menaklukkan tipe sejenis itu. Tapi untukku, pria sejenis ini hanya cukup untuk dikagumi, tidak perlu terlibat dengan mereka.
Namun dia datang memperkenalkan diri.
Dan mengajakku berkencan di kemudian hari.
Saat itu kupikir, hanya kencan biasa, tidak mungkin aku akan jatuh cinta. Aku, Catharina Blossom, wanita dengan kontrol diri yang kuat, tidak akan mungkin jatuh cinta pada bad boy tampan dan meresikokan hatiku terluka.