Perubahan lingkungan strategis di kawasan yang dramatis di tengah-tengah keterbatasan kemampuan Indonesia dalam menyikapinya, tentu saja membutuhkan respons yang cerdas. Sebagai solusi alternatif, negeri ini perlu menilai kembali doktrin politik luar negeri bebas dan aktif yang telah digunakan sebagai landasan kebijakannya selama lebih dari 7 dasawarsa, sejak ia merdeka tahun 1945. Doktrin yang dibuat usai Perang Dunia (PD) II, dengan struktur atau konstelasi kekuatan global yang ditandai dengan munculnya dua negara adikuasa baru pemenang PD II, yakni AS dan Uni Soviet, yang tidak lama kemudian berubah dari sekutu menjadi seteru, setelah memasuki periode Perang Dingin, yang ditandai dengan kontestasi baru kekuatan.
Doktrin politik luar negeri bebas dan aktif yang dibuat dalam kondisi munculnya dua poros kekuatan dunia sudah tidak relevan lagi digunakan, mengingat dunia kini sudah polisentris, tidak lagi dimonopoli oleh kekuatan adidaya AS, tetapi juga dengan kehadiran China, Jepang, dan India sebagai major powers di kawasan. Sementara, Indonesia sendiri telah diperhitungkan akan muncul sebagai salah satu kekuatan baru di kawasan, dengan potensi pertumbuhan ekonominya dalam sampai tahun 2050. Sehingga, dalam tiga dasawarsa ke depan, tidak hanya ada ketiga negara yang disebutkan di atas, namun juga Indonesia dan Korea Selatan dan Australia, dalam jajaran major powers, sebagai bagian dari G-20.
TENTANG PENULIS
Poltak Partogi Nainggolan, MA, Dr. phil., Prof. adalah
Peneliti Utama dan research professor untuk Masalah-Masalah
Hubungan Internasional di Pusat Penelitian-Badan Keahlian Dewan,
Sekretariat Jenderal DPRRI. Pada tahun 1986 menyelesaikan studi
S-1 di Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Jurusan
Hubungan Internasional, Program Studi Perbandingan Politik. Pada
tahun 1999 menyelesaikan studi pasca-sarjana (S-2) di Graduate
School of Political Science and International Relations di The University
of Birmingham, Inggris, bidang Security Studies. Pada February tahun
2011 menuntaskan program doktoral ilmu politik di Albert-Ludwigs-
Universitaet Freiburg, Jerman, dengan tesis The Indonesian Military
Response to Reform during Democratic Transition: A Comparative
Analysis of Three Civilian Regimes 1998-2004.
Menulis buku antara lain Reformasi Struktur Ekonomi RRC Era
Deng Xiao-ping, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1995; Batas Wilayah
dan Situasi Perbatasan Indonesia: Ancaman terhadap Integritas
Teritorial, Jakarta: Tiga Putra Utama, 2004; Ancaman ISIS di Indonesia,
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017; dan Kekhalifahan ISIS
di Asia Tenggara, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018. Copenulis
dan editor buku Panduan Parlemen Indonesia, Jakarta, Yayasan
API, 2001; Batas Wilayah dan Situasi Perbatasan Indonesia: Ancaman
terhadap Integritas Teritorial, Jakarta: Tiga Putra Utama, 2004; serta
buku-buku lain, di antaranya, yang terbaru Indonesia dan Kemitraan
Strategis dalam Hubungan Internasional, Jakarta: Azza Grafika, 2013;
Keamanan Maritim di Kawasan, Jakarta: Azza Grafika 2014; Agenda
Poros Maritim Dunia dan Respons dan Perubahan Lingkungan Strategis,
Jakarta: Azza Grafika, 2015; Ancaman ISIS di Indonesia, Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017; Aktor Non-Negara: Kajian
Implikasi Kejahatan Transnasional di Asia Tenggara, Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2017, dan Kekhalifahan ISIS di Asia Tenggara,
Jakarta: Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018. Penulis dapat
dihubungi di alamat email: [email protected].