Aku mengerutkan kening ke arah Cahaya yang mencegahku untuk masuk ke kamar. Gadis itu menggelengkan kepala dengan jari telunjuk di bibir menyuruhku tidak berisik.
Tangan yang sudah menempel pada gagang pintu, terpaksa aku tarik dan berdiri tegak di depan gadis lima belas tahun itu.
“Kenapa, Bunda tidak boleh masuk?” tanyaku kemudian.
“Ayah lagi bobok sama Mama, Nda.”
Deg!
Aku tersentak kaget dengan jawaban dari bibir Cahaya. Jantungku berhenti berdetak untuk beberapa detik, hingga akhirnya aku menarik napas panjang seraya menatap daun pintu yang tertutup rapat.