Selain pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari, beberapa makanan khas Aceh juga memiliki aspek sosial-budaya. Beberapa masakan terkait dengan upacara tertentu, yakni upacara yang berkaitan dengan tradisi lokal (bertani dan mendirikan dapur), daur kehidupan, dan tradisi keagamaan. Yang sangat unik, dalam masyarakat suku Aneuk Jamee, acara memasak lemang bukan sekadar memasak, tetapi juga untuk mewariskan keterampilan memasak dari generasi tua ke generasi muda karena semua terlibat dan mendapatkan pembagian kerja sesuai usianya. Dengan demikian, makanan juga berfungsi sebagai alat untuk memperkuatkan interaksi sosial.
Hadirnya buku ini diharapkan mampu menjadi dokumentasi kekayaan budaya Indonesia dan dapat digunakan sebagai sarana untuk memperkenalkannya ke masyarakat luas. Dengan adanya dokumentasi tersebut, kuliner Indonesia, khususnya Aceh akan tetap dikenal oleh bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Semoga buku ini akan disusul oleh dokumentasi kuliner daerah lainnya di Indonesia.
[UGM Press, UGM, Gadjah Mada University Press]
Murdijati Gardjito Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada mempunyai minat yang sangat kuat menelusuri, mengkaji, dan meneliti bahkan mengembangkan makanan tradisional Indonesia sejak tahun 2003 pada saat penulis menjadi Kepala Pusat Kajian Makanan Tradisional UGM. Hingga sekarang, pada akhirnya penulis menemukan bahwa makanan tradisional adalah suatu pengetahuan yang sangat ampuh digunakan untuk membangun karakter bangsa. Sehingga pada saat ini merupakan bekal yang sangat sakti untuk menumbuhkan jati diri bangsa, menyadari martabat nenek moyangnya dan akhirnya mengagumi ciptaan-ciptaan makanan yang sangat bermartabat hingga secara sadar melestarikannya. Apabila hal ini terjadi sejak dahulu, khususnya setelah era kemerdekaan, pastilah kondisi bangsa Indonesia tidak seterpuruk sekarang. Demikianlah kajian tentang makanan tradisional merupakan local genius yang harus dikembangkan menjadi akar pembangunan karakter bangsa. Sangat menarik beberapa fenomena yang ditunjukkan oleh beberapa makanan tradisional kita karena hal ini menuntun kepada harmonisasi kehidupan manusia dengan alam sekitarnya (food utilization) untuk membangun keberlanjutan kehidupan umat manusia. Demikian pentingnya makanan tradisional, maka kajian ini harus dilakukan sampai akhir hayat. Teknologi Pangan merupakan alat yang harus digunakan untuk mengembangkan makanan tradisional sehingga mampu memberikan kesejahteraan bagi kita semua.
Prof. Dr. Ir. Umar Santoso, M.Sc dalah Guru Besar Ilmu Pangan pada Faultas Teknologi Pertanian UGM. Penulis lahir di Magelang tanggal 17 Februari 1959. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 pada Fakultas Teknologi UGM pada tahun 1983. Penulis menempuh pendidikan S2 bidang Kimia Hasil Pertanian di Tokyo University of Agriculture, Tokyo Jepang dengan memperoleh gelar M.Sc. pada tahun 1990. Penulis juga memperoleh gelar Doktor dalam bidang Pangan dan Gizi di Tokyo University of Agriculture pada tahun 1996. Sekarang beliau menjabat sebagai Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM.
Nurullia Nur Utami, S.T.P, lahir di Sleman pada tanggal 13 Agustus 1994. Penulis merupakan alumni UGM departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, lulus pada tahun 2017. Sedari kecil penulis telah memiliki kecintaan terhadap dunia tulis menulis. Beberapa kegiatan terkait penelitian dan penulisan karya ilmiah diikutinya sejak menjadi siswa sekolah menengah di SMPN 4 Pakem. Kegiatan tersebut terus ditekuni hingga ketika menjadi siswa di SMAN 1 Yogyakarta. Begitu pula ketika berada di bangku kuliah, selain mengikuti organisasi dan menjadi asisten pada beberapa praktikum, berbagai lomba karya tulis diikutinya. Saat ini penulis aktif mengumpulkan dan menyusun informasi mengenai kuliner Indonesia dan makanan tradisional Indonesia, termasuk buku Ragam Kuliner Aceh, Nikmat yang Sulit Dianggap Remeh.