Meskipun dilema melanda hatinya, karena meninggalkan ibunya dan kekasihnya, Raden Adjeng Biroe, Hidjo akhirnya tetap berangkat ke Belanda naik Kapal Api Gunung. Raden Potronojo mengirimnya ke Belanda untuk sekolah insinyur.
Novel karya Mas Marco Kartodikromo ini pertama kali ditulis tahun 1918 sebagai cerita bersambung di harian Sinar Hindia, kemudian terbit sebagai buku tahun 1919. Novel ini merupakan salah satu novel perintis yang melahirkan sastra perlawanan, sebuah fenomena dalam sastra Indonesia sebelum perang. Di mana, novel ini menggambarkan tentang situasi zaman pergerakan menuju Indonesia, kemajuan berpikir lewat sekolah-sekolah bentukan Belanda dan pandangan-pandangan terhadap dunia Jawa yang makin bergerak. Apakah Hidjo mampu menyelesaikan studinya di Belanda?
Marco Kartodikromo atau umum dikenal Mas Marco adalah penulis dan jurnalis Indonesia.