Sumber data yang memuat teks Lokajaya sebagai hasil karya sastra klasik sebagian besar berbentuk naskah. Masalah pertama adalah jumlah naskah yang memuat teks Lokajaya, kedudukan masing-masing naskah, versi teks, tempat, dan waktu teks Lokajaya ditulis. Kedudukan naskah yang memuat teks Lokajaya dilihat dari keadaan bacaannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu naskah dengan bacaan baik dan kurang baik. Dilihat dari segi kesakralan, teks ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu naskah Lokajaya sakral dan kurang sakral. Salah satu ciri naskah yang sakral tertulis dengan huruf Arab, sedangkan yang kurang sakral tertulis dengan huruf Jawa. Sesuai dengan isi teks Lokajaya yang memuat amanat ajaran tasawuf, secara kebetulan naskah Lokajaya yang sakral itu sekaligus memuat bacaan yang paling baik. Yang akan dipilih dijadikan dasar penelitian adalah naskah yang bacaannya baik. Setelah salah satu naskah dengan bacaan terbaik Lokajaya terpilih, yang menjadi masalah adalah penyuntingan dan penerjemahan teks itu dalam bahasa Indonesia.
Masalah kedua adalah keadaan struktur teks Lokajaya yang sakral, menyangkut struktur formal dan struktur cerita. Struktur formal meliputi kode sastra dan bahasanya, gaya bahasa, serta varian bahasa yang ada. Struktur cerita meliputi tema, alur, dan penokohan.
Masalah ketiga adalah transformasi teks Lokajaya atas sumber sebelumnya. Sumber sebelumnya meliputi sumber utama, sumber yang lebih tua, dan sumber tambahan. Sumber utama sebelumnya adalah Dewaruci Macapat karya Pujangga Jasadipoera I (1796). Sumber yang lebih tua lagi adalah teks Dewaruci Tembang Gedhe. Sumber tambahan adalah teks suluk dan babad. Teks-teks suluk yang menjadi sumber untuk lebih menambah sifat keislaman ialah Asmarakandhi, Kitab Bonang, Kitab Primbon Jawa Abad Ke-16, Suluk Wijil, dan ajaran “Martabat Tujuh”. Teks babad sebagai sumber untuk menambah cerita menjadi lebih “lengkap” ialah Babad Tanah Jawi dan Babad Bayat. Masalah yang muncul adalah proses transformasi dan motivasi pentransformasian teks Lokajaya dari sumber teks Dewaruci Macapat, teks suluk, babad, dan sumber yang lebih tua, Dewaruci Tembang Gedhe. Fungsi masing-masing teks sumber itu ikut membentuk teks Lokajaya.
Masalah keempat adalah amanat-amanat yang termuat dalam teks Lokajaya, beserta makna semiotiknya. Semuanya disajikan secara eksplisit dan implisit.
Prof. Dr. Marsono, S.U. lahir di Temanggung pada tanggal 10 Agustus 1949. Ia menyelesaikan studi S-1 (1976), S-2 (1985), dan S-3 (1997) di Universitas Gadjah Mada. Studi pra-S3 di Universitas Leiden, Belanda 1986—1987. Menjadi guru besar linguistik (1 Mei 2000–sekarang) pada Fakultas Ilmu Budaya UGM, mengajar pada program S-1, S-2, dan S-3 dalam mata kuliah: Linguistik (Fonetik-Fonologi, Linguistik Jawa, dan Semiotika), Ilmu Sastra, Budaya Nusantara/Jawa, dan Ilmu Pariwisata (Pengantar Ilmu Pariwisata, Manajemen Sumber Daya Manusia Pariwisata, Budaya sebagai Daya Tarik Wisata, Psikologi Pariwisata, serta Agro dan Desa Wisata). Ia juga berperan sebagai pendiri Program Studi Pariwisata (2007–2009) dan Ketua Program Studi Pariwisata (2010–2015) di FIB UGM, serta Ketua ICPI (Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia) Wilayah DIY- Jateng (2014–sekarang).
Karya ilmiah yang dihasilkan di antaranya Fonetik (1986, 1989, 1993, 1999, 2006, 2008, 2013, 2017, 2018); Kraton Jogja, The History and Cultural Heritage (anggota penulis, 2002); Kanjeng Kyai Surya Raja, Kitab Pusaka Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat (anggota penulis, 2002); “Candi Borobudur dalam Amanat Wawasan Lingkungan Hidup” dalam Hasil Penelitian Berpotensi (2002); Bharata Yudha, Dimensi Religi dan Budaya dalam Serat Bratayuda (anggota penulis, 2004); Teologi Islam dalam Khasanah Budaya Kraton (anggota penulis, 2004); Mempertanyakan Jatidiri Bangsa (anggota penulis, 2004); Kajian Hari Jadi Kota Yogyakarta (anggota penulis, 2004); Ensiklopedi Pamekasan, Alam, Masyarakat, dan Budaya (anggota penulis, 2010); Tourist Guide Book of Pajangan & Pandak Subdistricts Bantul Regency (penulis pertama, 2010); Saduran Centhini Tambangraras-Amongraga Jilid I. II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII (Koordinator/Penyunting dan Pelaksana, 2005-2010); Morfologi Bahasa Indonesia dan Nusantara (2011, 2016); Dampak Pariwisata Religi Kawasan Masjid Sunan Kudus terhadap Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial-Budaya (penulis pertama, 2016); Buku Panduan Wisata Kabupaten Kulonprogo (Ketua Pelaksana, 2018); Agro dan Desa Wisata (2018).
Penghargaan yang pernah diperoleh di antaranya Satyalancana Karya Satya 20 tahun dari Presiden RI (2000), Kesetiaan 25 Tahun Mengabdi dari UGM (2003), dan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun dari Presiden RI (2015).