D. Zawawi Imron paham bagaimana bertolak dari lingkungannya alam Madura dengan lenguh sapi dan rerumputannya, masyarakat dan legendanya. Dengan kemampuan kontrol bahasa yang cukup baik, dengan pilihan kata-kata yang selalu dijumpai dan dihayatinya sehari-hari di lingkungannya: laut, genta, sapi, jagung, ombak, teluk, menampilkan renungan tanpa teriak tetapi sering tak luput dengan ledakan dan loncatan asosiatif yang memukau, yang mengenyakkan kita pada kesadaran hidup. —Sutardji Calzoum Bachri, Sajak-Sajak Puisi Indonesia ’83