Ki Hadjar Dewantara yang mengempaskan keningratannya dan bergabung dalam aktivisme pembebasan nasional. Di lapangan pergerakan, Ki Hadjar menjadi jurnalis dan penggerak beberapa organisasi dengan mata pena yang tajam dan suara keras. Karena hajarannya atas kolonial, ia diganjar bui dan hukum buang.
Di lapangan perguruan, ia kibarkan bendera Taman Siswa sebagai contoh apa yang disebut sekolah pembebasan di mana “semua orang adalah guru”. Dalam ajaran Ki Hadjar, guru tidak boleh menghukum murid. Sebaliknya, seorang guru “sahabat” dan teman bermain dari murid-muridnya.
Buku yang berisi ringkasan hidup dan etos juang Bapak Pendidikan Indonesia ini memberikan kesaksian bagaimana karakter “pendidikan nasional” tumbuh dan sekaligus surut.
Penulis lahir di Ponorogo, Jawa Timur, pada 1985. Semasa mahasiswa, aktif sebagai staf redaksi pada majalah Balairung Universitas Gajah Mada (UGM) sejak 2004. Menekuni dunia keilmuan serta tercatat sebagai Ketua Divisi Kajian Ilmiah Keluarga Mahasiswa Antropologi Budaya (KE MAN T) UGM dan anggota Unit Penalaran Ilmiah UGM.