Di mata Elizabeth, Mr. Darcy tidak pernah menjadi sosok yang memesona. Baginya laki-laki itu angkuh, sombong, dan menyebalkan. Elizabeth membenci tatapannya yang merendahkan, cara bicaranya yang meremehkan, dan segala hal tentang bangsawan kaya raya itu. Kebencian itu semakin bertambah ketika Elizabeth mengetahui bahwa Mr. Darcy telah melakukan hal yang menurutnya tidak bisa dimaafkan.
Butuh waktu lama bagi Elizabeth untuk memahami sisi lain Mr. Darcy dan menerima kenyataan akan kebaikannya yang tersembunyi. Dan, ketika akhirnya gadis itu menyadari perasaannya pada Mr. Darcy telah berkembang menjadi cinta, dia pun jadi ragu, akankah dia bisa menebus prasangkanya yang sangat buruk pada laki-laki itu? Lalu, akankah cintanya yang baru tumbuh itu menjadi sia-sia?
Dalam Pride and Prejudice, Jane Austen menuangkan detail yang memikat mengenai kaum menengah ke atas pada abad-19. Karakter-karakternya yang memukau, juga narasinya yang cerdas, menjadikan novel ini sebagai salah satu roman terpopuler sepanjang masa.
[Mizan Publishing, Qanita, Novel, Klasik, Terjemahan, Indonesia]
Tak pernah diragukan bahwa nama Jane Austen selalu lekat dalam hati pencinta sastra dunia. Novel-novelnya seperti Pride and Prejudice, Emma, dan Sense and Sensibility tak pernah lekang dimakan waktu, bahkan setelah 150 tahun berlalu. Gaya penulisannya banyak menginspirasi penulis-penulis masa kini, juga dikagumi karena kejujuran dan kekhasannya.
Novelis Inggris yang lahir pada tahun 1775 ini mengawali karier menulisnya dengan membuat puisi, cerita pendek, dan drama yang hanya ditujukan untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Keahliannya adalah menulis cerita dengan genre roman, yang diwarnai fakta tentang keadaan sosial pada masanya.
Dari seluruh karyanya, tokoh Elizabeth Bennet dalam Pride and Prejudice merupakan tokoh favorit Austen. Perangainya yang tegas, feminis, dan pada saat bersamaan ceria, membuatnya menjadi salah satu tokoh wanita yang paling dikagumi dalam literatur Inggris.[]