Saya membayangkan akan lebih banyak orang Indonesia suka sastra setelah membaca Celana. Mungkin mula-mula tergelitik untuk mengetahui apa yang ada di dalamnya. Tetapi, siapa tahu, setelah itu orang jadi tergila-gila pada sastra karena imajinasinya dibebaskan, pikirannya diputarbalikkan, dan jiwanya digetarkan. Apalagi setelah berpuluh tahun manusia Indonesia terkungkung oleh birokrasi, basa-basi, dan kekeringan akhlak. —Melani Budianta, 1999