"Yang deketin emang banyak. Tapi yang serius, baru kamu."
Austin merasa dirinya di atas angin saat mendengar perkataan Mutiara itu. "Emang mereka nggak serius kayak gimana?"
"Ya gitu. Mereka ngedeketin, tapi akhirnya pergi karena aku cuekin. Terus ada juga yang nakal dan malah pengen ngajak ke hotel. Tapi langsung aku tolak. Susahnya jadi janda ya gitu, banyak yang mandang rendah. Mungkin mereka pikir, karena janda jadinya pasti mau diajak senang-senang. Padahal kenyataannya nggak gitu," jawab Mutiara menjelaskan seraya menyeruput minumannya yang sudah tiba.
"Sabar ya..."
"Nggak apa-apa kok. Aku udah terbiasa soalnya."
"Tapi aku nggak, Ra. Aku nggak suka kamu digituin. Pokoknya aku nggak bakal diem aja kalo misalnya masih ada yang berani macem-macem sama kamu."
"Dengan adanya kamu, aku yakin mereka nggak bakal berani lagi sih. Secara kamu menang banyak."
"Maksud kamu?"
"Masih muda, tajir, terus cakep lagi. Tinggal satu yang belum terbukti, kuat di ranjang apa enggak," sahut Mutiara dengan suara pelan. Ia sengaja berkata demikian karena mengingat kejadian yang semalam. Yang mana Austin tak berani memandangnya lama karena mungkin takut khilaf.
"Nanti kalo kita udah nikah, kamu bakal tau jawabannya. Kamu siapin diri aja ya," balas Austin yang membuat mereka sama-sama terkekeh.